Dampak Erupsi Merapi terhadap Pemanfaatan Lahan di Lereng Merapi

on Maandag 17 Junie 2013

Pemanfaatan Lahan Di Lereng Merapi 
      Dalam hal penggunaan pemanfaatan lahan, komposisi terbesar penggunaan lahan di sekitar GunungMerapi adalah untuk pertanian, baik berupa pertanian sawah maupun non-sawah. Erupsi atau letusan gunung merapi secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan sosial dari masyarakat sekitarnya, baik dilihat dari pemukimannya maupun mata pencahariannya. Mata pencaharian masyarakat sekitar mayoritas memanfaatkan tanah yang subur karena banyak unsur hara yang baik untuk tanaman. Seperti yang banyak diketahui bahwa daerah sekitar lereng gunung berapi mempunyai kualitas tanah yang baik dan subur. Pemanfaatan lahan dilereng merapi berkaitan dengan keperluan mata pencaharian diantaranya yaitu:
1.Pertanian
      Lahan pertanian terdapat dihampir semua kabupaten yang menjadi bagian dari lereng merapi. Material debu hanya dapat dimanfaatkan untuk memperkaya unsur hara dalam tanah. Kandungan unsur hara material gunung api dapat digunakan untuk menetralisasi “kecapaian” tanah yang selama ini banyak diberi pupuk anorganik. Dibandingkan dengan menggarap lahan pertanian lain, di lereng gunung api akan lebih irit. Kesuburan tanah dan sedikitnya hama bisa menghemat biaya pupuk, pestisida maupun insektisida. Lahan pertanian di daerah volkanik pada umumnya tergolong lahan yang subur. Hal ini disebabkan karena material yang dimuntahkan gunung berapi dalam bentuk lahar mengandung unsur hara yang cukup tinggi, seperti P2O5 dan K2O, namun dalam keadaan tidak tersedia untuk tanaman. Dibandingkan dengan jenis tanah lain, tanah volkanik memiliki beberapa kelebihan, terutama apabila dilihat dari kesuburannya. Perbandingan kesuburan tanah volkanik dari gunung berapi dengan tanah lain dari pegunungan yang sudah tidak aktif lagi. Menurut KUSNADI (2008), tanah volkanik adalah tanah subur yang mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah volkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi. Tanah volkanik dibentuk dengan tambahan abu volkanik dari gunung berapi yang meletus. Abu volkanik ini merupakan hasil dari peleburan dan pembakaran bahan-bahan mineral. Lapisan tanah yang dilapisi abu tersebut kemudian menjadi sangat kaya mineral dan bisa menumbuhkan aneka tanaman dengan baik tanpa memerlukan tambahan pupuk. Namun, jika tanah volkanik diberi tambahan pupuk organik atau kotoran hewan, kondisinya akan semakin prima. Pertanian disekitar lereng merapi beragam jenisnya. Terdapat pertanian sawah disekitar merapi dan untuk dilereng terdapat pertanian holtikultura dan organik. Tanah disekitar lereng sangat cocok untuk pertanian organik karena kualitas tanahnya yang berkualitas. Jenis tanamannya pun beranekaragam mulai dari sayuran, buah-buahan, tanaman obat sampai tanaman bunga.
2. Peternakan
      Peternakan yang dikembangkan oleh masyarakat sekitar merapi yaitu diantarnaya ternak unggas, kambing, domba, sapi, kuda dll. Peternakan disekitar merapi beragam jenisnya Salah satu desa yang ada si Kabupaten Sleman ini yakni desa wisata Nganggring yang berada di Dusun Nganggring, Girikerto,Turi Sleman. Mengembangkan ternak kambing PE. Pasca Erupsi pada tahun 2010 peternakan dikabupaten Sleman meningkat dan semakin serius untuk digarap serta diperbaiki akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh amukan eripsi gunung merapi.
3. Perkebunan
      Perkebunan yang dikembangkan oleh masyarakat sekitar merapi yang menjadi andalan yaitu perkebunan salak pondoh, teh dan kopi. Perkebunan salak pondoh terdapat dikabupaten Magelang dan Sleman. Sedangkan untuk perkebunan kopi baru di kabupaten Sleman yang benar-benar membudidayakannya tepatnya didaerah wisata kaliurang dan dukuh wisata turgo. Srumbung menjadi daerah penghasilSalak Pondoh.Salah satu varietas unggul salak yang dihasilkan dari Srumbung yang bernamaSalak Nglumut.Nama Nglumut diambil dari namadesa penghasil salak tersebut. Kini salak tersebut sudah mulai merambah pasar eksport,diantaranya ke Malaysia. Di Indonesia dikenal berbagai daerah penghasil kopi. Di antaranya adalah Lampung, Aceh, dan Bali. Yogyakarta tidak perlu berkecil hati sebab Yogyakarta juga memiliki produk kopi unggulan yang terkenal sebagai Kopi Merapi. Kopi yang diproduksi oleh KUB (Koperasi Usaha Bersama) Kebun Makmur binaan Departemen Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Sleman ini beralamatkan di Jl. Kaliurang Km 19,9 Dusun Sawungan, Kalurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Keletakannya sangat strategis karena berada di sisi barat jalan menuju pintu masuk (gerbang) kompleks wisata Kaliurang. Kopi Merapi ini telah menjadi salah satu oleh-oleh khas Yogyakarta. Bukan hanya itu, Kopi Merapi juga dikenal sebagai bio coffee karena sistem pertanian yang digunakannya adalah murni sistem pertanian organik. Jadi, jika menikmati Kopi Merapi Anda tidak perlu khawatir akan tercemari oleh bahan kimia. Selain itu, produk kopi di kawasan ini juga diawasi oleh seorang Pengawas Mutu Hasil Pertanian. Dapat dikatakan bahwa produksi Kopi Merapi dimulai pada awal tahun 2000-an. Pada waktu itu Kabupaten Sleman telah mencanangkan pengembangan perkebunan kopi dengan lahan di lereng Gunung Merapi, khususnya di daerah Cangkringan, Pakem, dan Turi. Cakupan lahannya kurang lebih mencapai luasan 200 hektar. Sedangkan jenis tanaman kopi yang ditanam di area itu meliputi jenis Robusta dan Arabika. Seperti diketahui, tanaman kopi memang menyukai daerah berhawa sejuk dengan ketinggian minimal 200 meter di atas permukaan laut. Bahkan untuk jenis kopi tertentu justru menghendaki lahan setinggi 700 meter dpl atau lebih. Lereng Gunung Merapi merupakan daerah yang cocok untuk perkebunan kopi semacam itu.
4. Penambangan
      Aktivitas penambangan terjadi disemua kabupaten dilereng merapi. Hal ini terjadi karena mudah untuk mendapatkan uang dengan cara menambang tidak perlu memerlukan keahlian khusus dan tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan uang atau dengan kata lain tidak perlu menunggu seperti halnya dengan pertanian maupun perkebunan yang harus menunggu masa panen untuk mendapatkan uang. Penambangan yang terjadi berupa penambangan pasir dan batu. Aktivitas penambangan di lereng Gunung Merapi sudah dimulai sejak Gunung ini mengeluarkan lava pada tahun 1930an. Lava yang turun dari puncak merapi membawa jutaan meter kubik material pasir. Material pasir tersebut ikut mengalir dan tertinggal di sungai – sungai yang menjadi jalur lava, beberapa diantaranya adalah sungai opak, sungain gendol dan sungai kuning. Bagi masyarakat lereng Gunung Merai, aktivitas penambangan pasir merupakan pekerjaan turun temurun yang menjadi sumber mata pencaharian warga. Pada saat gunung merapi meletus banyak material vulkanik yang dikeluarkan dari perut bumi diantaranya pasir, batu dan abu vulkanik. Pasir yang terkandung dalam material vulkanik yang dimuntahkan gunung api, termasuk Gunung Merapi, merupakan pasir kualitas terbaik untuk bahan bangunan. Adapun debu gunung berapi sangat baik digunakan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Dari ketiga material vulkanik terebut yang menjadi incaran untuk aktivitas penambangan yaitu pasir dan batu. Kecamatan Srumbung menghasilkan bahan tambang yang berupa pasir dan batu karena memangsebagian wilayahnya berbatasan langsung dengan Gunung Merapi. Walaupun semakin lama deposit batu dan pasir semakin sulit ditambang karena penambangan secara besar-besarantelah berlangsung cukup lama, sehingga tak dapat dielakkan penambangan dilakukansemakin berani hingga memasuki daerah bahaya Merapi. Lebih disayangkan lagi bila sampaiterjadi perusakan hutan seperti yang terjadi di kawasan Jurangjero. Padahal dulunyaJurangjero sempat cukup dikenal sebagai hutan wisata. Meskipun Pemerintah tidak tinggaldiam menghadapi masalah ini demi kelestarian alam dengan menerbitkan peraturan-peraturanmenyangkut kegiatan penambangan dikawasan Gunung Merapi. Penambangan pasir di Kali Opak, Dusun Batur, Kepuharjo, Cangkringan dikeluhkan warga karena menyebabkan rusaknya fasilitas jalan di daerah konservasi tersebut. Setiap hari tak kurang dari 100 truk pengangkut pasir beroperasi di daerah yang berlokasi di sebelah timur Merapi Golf tersebut. Tambang seluas 2,2 hektare tersebut diperkirakan memiliki kandungan pasir sebanyak 250.000 meter kubik. Penambang diberi izin untuk melakukan penambangan selama 6 bulan sejak izin dikeluarkan. Selama tiga bulan aktivitas penambangan, pasir yang sudah diambil diperkirakan sudah mencapai 30.000 meter kubik. Untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan, penambangan pasir di kali opak telah melalui kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UPLH) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) sehingga kerusakan lingkungan yang dikhawatirkan masyarakat setempat dapat diminimalisir. Menurut Dinas Pengairan, Pertambangan, dan Penanggulangan Bencana Alam (P3BA), kerusakan yang terjadi akibat penambangan pasir meliputi perubahan kondisi alam, hilangnya kesuburan tanah dan perubahan tata air. Pasca penambangan, kondisi alam berubah dan meninggalkan kerusakan dengan pemandangan yang buruk. Proses penambangan di Merapi, beralih dari aktivitas penambangan sederhana ke cara modern dengan menggunakan back hoe memberikan tekanan besar bagi perubahan kondisi alam di kawasan ini. Berbeda dari aktivitas penambangan yang hanya mengandalkan tenaga manusia, yang relatif lambat, mengunakan peralatan seadanya dan memanfaatkan sebagian besar material letusan Merapi, maka penambangan dengan menggunakan back hoe lebih cepat mengeruk, menggali dan mengubah bentang alam.
5. Wisata
      Daerah lereng merapi juga sangat potensial untuk dimanfaatankan dan dikelola untuk tempat pariwisata. Pemandangan dilereng merapi sangat indah walaupun bahaya erupsi merapi setiap kali mengancam. Uniknya daerah wisata merapi rata-rata berada pada zona bahaya atau kurang dari 15 km dari puncak merapi yaitu sekitar 10km dari puncak merapi. Potensi wisata tersebut diantaranya berada dikabupaten Sleman dan Magelang. Akantetapi yang lebih serius untuk dikembangkan terdapat didaerah Sleman. Terdapat beberapa tempat yang menarik yaitu diantaranya didukuh Turgo, desa Purbowinangun, kec. Pakem Sleman. Pesona yang ditawarkan berupa hutan merapi perkebunan teh dan kopi serta tradisi setempat. Selanjutnya dikawasan wisata kaliadem diSleman yang menawarkan suatu tempat perkemahan dan wisata lava pijar untuk malam hari dan dapat berkunjung ke bungker yang pernah menjadi tempat berlindung dua relawan yang akhirnya tewas akibat erupsi merapi. Kemudian terdapat juga wisata kaliurang yang menyuguhkan pemandangan alam berupa air terjun dan perkebunan serta pemandangan gunung merapi yang eksotik. Selain didaerah Sleman juga terdapat wisata di daerah Ketep kabupaten Magelang. Didaerah Ketep juga menawarkan keindahan alam merapi yang mempesona. Wisata ini juga menjadi salah satu sumber mata pencaharian penduduk terutama didaerah sekitar tempat wisata. Dan tentu juga mengubah kehidupan sosial warganya. Selain dimanfaatkan untuk kelima aktivitas diatas lereng gunung merapi juga digunakan untuk taman nasional gunung merapi, hutan lindung dan perikanan oleh warga. Akantetapi hutan yang terdapat dilereng merapi sering rusak akibat oleh erupsi gunung merapi itu sendiri dan yang paling disayangkan bahwa kerusakan tersebut disebabkan oleh aktivitas penambangan pasir dan batu yang semakin merajalela dan sudah merambah hutan bahkan zona tidak aman merapi.

Erupsi Gunung Merapi

       Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7’ 32.5’ Lintang Selatan dan 110'26.5’ Bujur Timur, secara administratif terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Slemandi Provinsi DI Yogyakarta, dan Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan KabupatenKlaten di Provinsi Jateng (Jateng).Gunung yang terletak di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta ini merupakan salahsatu gunungapi yang beraktifitas tinggi. pada tahun 2010 telah terjadi erupsi yang besar danmengakibatkan korban jiwa, kerusakan wilayah Disamping muncul bahaya primer berupaawan panas, bahaya sekunder yang menyertainya adalah menumpuknya lahar maupunendapan piroklastik kemudian dipicu dengan adanya kemiringan dan hujan beruba menjadialiran lahar dingin atau banjir lahar (aliran debris) yang dapat mengancam daerah atau sungaiyang dilaluinya (Balai Sabo, 2010).Berdasarkan pantauan pada tanggal 19 November 2010, BNPB menetapkan wilayahdesa dalam zona ancaman Gunung Merapi yang meliputi radius 15 Km dari kawah. Daerah tersebut salahsatunya adalah Kecamatan Srumbung dengan 6 desa yang tergolong zonaancaman Gunung Merapi. Srumbung adalah sebuah kecamatan diKabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.Di sebelah timur berbatasan dengan Tempel,Sleman, Yogyakarta yang dipisahkan oleh Sungai Krasak; di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Dukun; dan sebelah selatan dengan Salam.Srumbung berada di sebelah barat daya Gunung Merapi sehingga termasuk daerah Kawasan Rawan Bencana I dan permukiman penduduk diKawasan Rawan Bencana II ancaman gunung Merapi, karena wilayahnya yang berada dikaki gunung Merapi yang masih aktif.
       Merapi pernah meletus hebat pada tahun 1006. Letusan ini diyakini oleh para arkeolog yang menyebabkan kemunduran pusat-pusat kerajaan mataram kuno dan kemudian berpindah ke Jawa Timur. Setelah awal milenium kedua, merapi pernah meletus beberapa kali, diantaranya pada tahun 1672, 1786, 1822, 1872 dan 1930. Kemudian pada tahun-tahun selanjutnya, yaitu erupsi 1954, 1961, 1969 dan 1972-1973. Dilanjutkan erupsi pada tahun 1994 dan 1998. Pada milenium ketiga merapi menunujukkan keganasannya lagi tepatnya pada tanggal 4 Juli 2006 dan terakhir pada tahun 2010 yang menewaskan sang juru kunci yaitu mbah Marijan.
       Material vulkanik sebagai dampak erupsi Merapi tahun 2010 telah mengubur banyak lahan di lereng menjadi kosong tanpa vegetasi. Material tersebut memiliki ukuran kasar sampai lembut, dengan ketebalan meter sampai hanya beberapa mm. Banyak pohon dan semak mati. Hunian dan lahan pertanian harus ditinggalkan karena berubah menjadi padang batu dan pasir. Sebagian yang lain hanya tertutup debu tipis, kemudian segera hijau kembali. Material yang bersifat lepas tersebut sangat mudah terbawa air hujan sehingga berpotensi menjadi lahar dingin. Diperkirakan sampai tiga musim hujan mendatang lahar dingin tersebut tetap menjadi ancaman.
       Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api yang paling aktif di dunia. Setidaknya dari 61 laporan erupsi sejak pertengahan abad 15 sampai sekarang ini, ada 23 kali erupsi yang memuntahkan lahar di lerengnya. Deposit lahar tersebut menempati areal 286 km2 di sekeliling puncak Merapi. Munculnya lahar dingin dipicu oleh curah hujan jika memiliki intensitas > 40 mm dalam waktu 2 jam. Hal ini terjadi pada musim penghujan atau bulan November-April. Lahar dingin yang terjadi pada ketinggian tempat 1.000 m dpl dapat meluncur dengan kecepatan 5-7 m/detik. Lereng Merapi memiliki curah hujan yang tinggi, catatan tahun 1976-1990 menunjukkan rerata curah hujan tahunan di Plawangan (lereng selatan, 1.275 m dpl) sebesar 3.253 mm/th, sedangkan di Babadan (lereng barat, 1.278 m dpl) sebesar 2.416 mm/th (Lavigne et al., 2000).
       Lahar adalah istilah umum untuk material volkanik yang mengalir cepat berupa campuran pecahan batu, pasir dan debu yang terbawa air. Ancaman lahar dingin yang muncul terus menerus di lereng Merapi itu disebabkan: adanya jutaan kubik deposit piroklastik di sekitar kubah yang secara berkala bertambah karena aliran lava (2-4 tahun sekali); curah hujan yang tinggi sering kali > 40 mm dalam waktu 2 jam (batas kritis terjadinya lahar dingin); serta pola drainase yang sangat rapat di lereng Merapi (Lavigne & Thouret, 2002).
       Erupsi gunung Merapi merupakan daur geologi yang sudah berlangsung sejak jaman dahulu dan akan terus berlangsung di masa mendatang. “Hit and run” merupakan strategi yang dapat diterapkan agar masyarakat tetap hidup selamat namun masih dapat memanfaatkan lahan tersebut dan mengambil berkah keuntungan yang diberikan oleh Merapi. Investasi dapat ditekan sekecil mungkin. Konservasi lereng atas Merapi sebagai daerah tangkapan air tanpa budidaya manusia, dapat menjadi keunggulan komparatif bagi kehidupan di kaki Merapi. Kalaupun ada bencana karena erupsi, masyarakat dapat dengan ringan segera meninggalkan lahan untuk sementara. Hijau daun dari aneka tumbuhan liar dapat dipetik secara terkendali dan diolah di tempat lain. Air bersih yang muncul kemudian dapat disalurkan untuk irigasi, minum ternak dan kebutuhan manusia. Dengan adanya sumber air yang bebas dari bahan pencemar tersebut, wilayah sabuk Merapi sangat sesuai untuk dikembangkan dengan sistem pertanian organik.
on Dinsdag 07 Mei 2013