Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7’ 32.5’ Lintang Selatan dan 110'26.5’ Bujur Timur, secara administratif terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Slemandi Provinsi DI Yogyakarta, dan Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan KabupatenKlaten di Provinsi Jateng (Jateng).Gunung yang terletak di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta ini merupakan salahsatu gunungapi yang beraktifitas tinggi. pada tahun 2010 telah terjadi erupsi yang besar danmengakibatkan korban jiwa, kerusakan wilayah Disamping muncul bahaya primer berupaawan panas, bahaya sekunder yang menyertainya adalah menumpuknya lahar maupunendapan piroklastik kemudian dipicu dengan adanya kemiringan dan hujan beruba menjadialiran lahar dingin atau banjir lahar (aliran debris) yang dapat mengancam daerah atau sungaiyang dilaluinya (Balai Sabo, 2010).Berdasarkan pantauan pada tanggal 19 November 2010, BNPB menetapkan wilayahdesa dalam zona ancaman Gunung Merapi yang meliputi radius 15 Km dari kawah. Daerah tersebut salahsatunya adalah Kecamatan Srumbung dengan 6 desa yang tergolong zonaancaman Gunung Merapi. Srumbung adalah sebuah kecamatan diKabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.Di sebelah timur berbatasan dengan Tempel,Sleman, Yogyakarta yang dipisahkan oleh Sungai Krasak; di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Dukun; dan sebelah selatan dengan Salam.Srumbung berada di sebelah barat daya Gunung Merapi sehingga termasuk daerah Kawasan Rawan Bencana I dan permukiman penduduk diKawasan Rawan Bencana II ancaman gunung Merapi, karena wilayahnya yang berada dikaki gunung Merapi yang masih aktif.
Merapi pernah meletus hebat pada tahun 1006. Letusan ini diyakini oleh para arkeolog yang menyebabkan kemunduran pusat-pusat kerajaan mataram kuno dan kemudian berpindah ke Jawa Timur. Setelah awal milenium kedua, merapi pernah meletus beberapa kali, diantaranya pada tahun 1672, 1786, 1822, 1872 dan 1930. Kemudian pada tahun-tahun selanjutnya, yaitu erupsi 1954, 1961, 1969 dan 1972-1973. Dilanjutkan erupsi pada tahun 1994 dan 1998. Pada milenium ketiga merapi menunujukkan keganasannya lagi tepatnya pada tanggal 4 Juli 2006 dan terakhir pada tahun 2010 yang menewaskan sang juru kunci yaitu mbah Marijan.
Material vulkanik sebagai dampak erupsi Merapi tahun 2010 telah mengubur banyak lahan di lereng menjadi kosong tanpa vegetasi. Material tersebut memiliki ukuran kasar sampai lembut, dengan ketebalan meter sampai hanya beberapa mm. Banyak pohon dan semak mati. Hunian dan lahan pertanian harus ditinggalkan karena berubah menjadi padang batu dan pasir. Sebagian yang lain hanya tertutup debu tipis, kemudian segera hijau kembali. Material yang bersifat lepas tersebut sangat mudah terbawa air hujan sehingga berpotensi menjadi lahar dingin. Diperkirakan sampai tiga musim hujan mendatang lahar dingin tersebut tetap menjadi ancaman.
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api yang paling aktif di dunia. Setidaknya dari 61 laporan erupsi sejak pertengahan abad 15 sampai sekarang ini, ada 23 kali erupsi yang memuntahkan lahar di lerengnya. Deposit lahar tersebut menempati areal 286 km2 di sekeliling puncak Merapi. Munculnya lahar dingin dipicu oleh curah hujan jika memiliki intensitas > 40 mm dalam waktu 2 jam. Hal ini terjadi pada musim penghujan atau bulan November-April. Lahar dingin yang terjadi pada ketinggian tempat 1.000 m dpl dapat meluncur dengan kecepatan 5-7 m/detik. Lereng Merapi memiliki curah hujan yang tinggi, catatan tahun 1976-1990 menunjukkan rerata curah hujan tahunan di Plawangan (lereng selatan, 1.275 m dpl) sebesar 3.253 mm/th, sedangkan di Babadan (lereng barat, 1.278 m dpl) sebesar 2.416 mm/th (Lavigne et al., 2000).
Lahar adalah istilah umum untuk material volkanik yang mengalir cepat berupa campuran pecahan batu, pasir dan debu yang terbawa air. Ancaman lahar dingin yang muncul terus menerus di lereng Merapi itu disebabkan: adanya jutaan kubik deposit piroklastik di sekitar kubah yang secara berkala bertambah karena aliran lava (2-4 tahun sekali); curah hujan yang tinggi sering kali > 40 mm dalam waktu 2 jam (batas kritis terjadinya lahar dingin); serta pola drainase yang sangat rapat di lereng Merapi (Lavigne & Thouret, 2002).
Erupsi gunung Merapi merupakan daur geologi yang sudah berlangsung sejak jaman dahulu dan akan terus berlangsung di masa mendatang. “Hit and run” merupakan strategi yang dapat diterapkan agar masyarakat tetap hidup selamat namun masih dapat memanfaatkan lahan tersebut dan mengambil berkah keuntungan yang diberikan oleh Merapi. Investasi dapat ditekan sekecil mungkin. Konservasi lereng atas Merapi sebagai daerah tangkapan air tanpa budidaya manusia, dapat menjadi keunggulan komparatif bagi kehidupan di kaki Merapi. Kalaupun ada bencana karena erupsi, masyarakat dapat dengan ringan segera meninggalkan lahan untuk sementara. Hijau daun dari aneka tumbuhan liar dapat dipetik secara terkendali dan diolah di tempat lain. Air bersih yang muncul kemudian dapat disalurkan untuk irigasi, minum ternak dan kebutuhan manusia. Dengan adanya sumber air yang bebas dari bahan pencemar tersebut, wilayah sabuk Merapi sangat sesuai untuk dikembangkan dengan sistem pertanian organik.
Teken in op:
Plaas opmerkings (Atom)
0 opmerkings:
Plaas 'n opmerking